Hai readers! Di kesempatan kali ini saya akan menceritakan keseruan field trip yang diikuti oleh para anggota unit kegiatan Science Community of Maprada (SCEMA) SMA Kristen Petra 2. Field trip kali ini scema akan berkunjung ke kota Malang. Kami berangkat pada hari Senin, 27 Mei 2019 field trip kali ini diikuti oleh 27 anggota scema dan 4 guru pendamping. Kami berangkat sekitar pukul 06.30 menggunakan bis. Lokasi pertama yang kami kunjungi setelah tiba di malang ialah Budidaya Jamur Tiram yang terletak di Sukun, Malang. Budidaya Jamur ini diusahakan oleh sepasang suami istri sejak tahun 2008 hingga sekarang. Mereka memulai pekerjaan mereka di bidang budidaya jamur karena tingginya peluang perkembangan bidang tersebut dan tingginya konsumsi jamur di Indonesia sebagai sumber protein nabati yang cukup tinggi. Selain itu, budidaya jamur tidaklah terlalu sulit untuk diusahakan mulai dari pembuatan bibit hingga pemasaran jamur pada konsumen. Mereka memulai usaha mereka dengan membudidayakan jamur tiram karena jamur tersebut memiliki jangka waktu perkembangbiakan yang relatif singkat.
Ada beberapa tahap dalam membudidayakan jamur. Pertama, untuk mengembangbiakkan bibit jamur, kita harus mengambil bagian tengah dari tudung jamur untuk dimasukkan ke dalam botol kaca berisi agar-agar sebagai bibit awal atau F0. Setelah botol kaca penuh dengan bibit jamur berupa miselia, sedikit dari bibit-bibit tersebut akan dipindahkan dan dikembangbiakkan dalam botol kaca lain yang berisi serbuk gergaji kayu, bekatul, dan kapur sebagai bibit turunan pertama atau F1. Kemudian, bila botol F1 sudah dipenuhi bibit jamur berwarna putih, sedikit dari bibit tersebut akan dipindahkan ke botol kaca lain yang juga berisi sebuk gergaji kayu, bekatul, dan kapur sebagai bibit turunan ke dua atau F2. Lalu, ditunggu hingga bibit jamur memenuhi botol kaca. Setiap perkembangbiakan bibit jamur ini dilakukan dalam keadaan lubang botol/plastik ditutupi koran supaya sedikit udara bisa masuk untuk menunjang perkembangbiakan bibit jamurnya. Lalu, plastik bening berisi media yang sama dengan F1 dan F2 disiapkan dan disterilkan dahulu dengan suhu 100°C selama sekitar 8 jam dalam sebuah ruangan supaya media terakhir ditempat jamur akan tumbuh itu bebas bakteri dan bibit jamur lain. Setelah steril, bibit jamur dari F2 dipindah sedikit ke dalam plastik yang lubangnya akan ditutup koran. Bila bibit jamur sudah menyebar ke seluruh media dalam plastik, sebuah lubang kecil dibuat pada ujung-ujung plastik agar lebih banyak udara bisa masuk. Setelah beberapa hari, bibit jamur akan tumbuh menjadi jamur dewasa yang siap dipanen. Satu plastik dapat menghasilkan jamur hingga 6-7 kali panen. Itulah prinsip cara membudidayakan berbagai jenis jamur. Yang perlu diperhatikan untuk membudidayakan jamur adalah bibit jamur yang ingin dibudidayakan dan jenis kayu yang sesuai sebagai media pertumbuhan jamur. Untuk membudidayakan jamur tiram digunakan serbuk gergaji kayu sengon, untuk jamur kuping digunakan kayu mahoni, sedangkan untuk jamur lingsi digunakan kayu jati. Dalam masa pertumbuhan jamur, diperlukan lingkungan dengan kelembapan yang cukup atau tempat yang dapat ditembus sedikit cahaya matahari.
Kami juga berkesempatan melihat pemiliknya mempraktikkan pembudidayaan jamur tiram secara singkat dan juga mengunjungi gudang tempat beliau mengembangbiakkan jamur tiram. Melalui karya wisata ini, kami mempelajari banyak hal baru tentang pembudidayaan jamur tiram.
Setelah kami selesai dari pembudidayaan jamur, kami melanjutkan perjalanan kami ke CV Milkindo Berkah Abadi di desa Tegalsari, Kepanjen Malang. Sembari melanjutkan perjalanan ke Milkindo, kami diberi konsumsi untuk makan siang di bus. Akhirnya, sekitar pukul 12.30 kami tiba di Milkindo. Saat kami tiba di sana, kami diberi penjelasan dan pengajaran sepintas tentang berdirinya Milkindo, produksi sapi, perkembangbiakan sapi, dan pemanfaatan sapi. Sapi-sapi di Milkindo berjenis sapi perah. Pada awalnya, sapi di Milkindo hanya berjumlah 8 ekor dan terus berkembang hingga kini berjumlah lebih dari 100 ekor. Lalu, barulah kami diajak untuk berjalan-jalan di tempat peternakan Milkindo. Kami diajak melihat sapi-sapi di sana, dan kami diajari untuk memerah susu sapi, caranya hanya menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk. Kami juga dipersilakan untuk mencoba memerah susu sapi, sangat menyenangkan karena kami bisa mencoba hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Lalu, kami diperbolehkan untuk memilih salah satu free game (mini bowling/memanah) dan kami memilih memanah. Kami mencoba memanah agar tepat sasaran, cukup sulit tapi seru. Lalu, kami juga melihat-lihat ada taman kelinci, rumah burung, dan danau angsa.
Setelah selesai melihat-lihat, masing-masing kami diberi produk susunya dengan rasa pisang, selain menjual susu yang memiliki varian rasa, milkindo juga menjual susu segar, yoghurt, mozzarella, dan pudding. Susu-susu yang dijual di milkindo berasal dari peternakan sendiri dan tidak menggunakan bahan pengawet. Lalu pada pukul 14.30 kami pulang ke Surabaya dan Puji Tuhan sampai di Surabaya dengan selamat.
Disusun oleh: FELICIA XA1/9, GRACE R. XA1/14, GRACIA E. XA3/16